LOST MEMORIES
Lost memories
Karya : Naura Natasya Putri
Tiba-tiba dia
menghilang, Langit menoleh ke belakang dan yang tersisa hanyalah satu sandal
milik Senja di dekat rel kereta, “Senja, kamu dimana! Kamu udah capek ya ngejar
aku?” tidak ada jawaban dari Senja. Hari mulai malam Langit telah berkali kali
mencari Senja di tempat yang sama tapi
tidak menemui Senja “jangan bercanda dong Senja! Aku pulang aja deh! Kalau mau
sembunyi yang bener dong, tuh sendalmu tertinggal satu di rel”
Esok harinya Langit mencari Senja dirumahnya, Langit
bertemu orang tua Senja “Permisi maaf tante, Senja ada ga di rumah, kok tadi
dia tidak sekolah?” ibu Senja tiba-tiba menangis sambil menjawab “Maaf ya Langit,
kemarin Senja mengalami kecelakaan di rel kereta” Langit tidak percaya dengan
apa yang dia dengar, “Gak mungkin tante! Kemarin dia lagi main petak umpet sama
aku” ujar ibu Senja.
Langit
berlari ke rel kereta tempat ia kemarin
bermain,matanya mulai memerah dan menangis “andai aku bisa memutar waktu aku
tidak akan menyia-nyiakannya” ia melihat sandal Senja disana “itu kan sandal Senja,
apa benar dia tertabrak kereta? saat ia mengambil sandal itu cahaya putih menghalangi
pandangannya.
“Langit!
Tungggu aku !” suara Senja yang samar-samar , Langit mencari sumber suara itu “Senja…!
Kamu dimana?” Langit bertemu dengan Senja “hei Senja! Kemana saja kamu ibu mu
cariin kamu loh!” Senja kebingungan “ibu? Baru saja aku berangkat main dari
rumah, ibu ku tau kok kalau aku main” “kata ibu mu kamu kecelakaan kereta
kemarin hari kamis” Senja tertawa “kamu kenapa sih Langit kurang minum obat ya?
Sekarang aja hari rabu, kalau aku mati juga kenapa kamu bisa liat aku? Tapi aga
aneh ya hari ini kamu tumben baik banget biasanya kamu kan suka ninggalin aku,
hari ini kamu malah nyariin aku”
Langit
yang menyadari kalau tenyata selama ini dia bersikap tidak baik terhadap
sahabatnya sendiri. “Aku senang langit, kamu sekarang jadi lebih baik aku
bermimpi apa ya semalam, Langit? Hey! ada apa kok bengong, Langit” Tanya Senja.
“Eh- maaf ya, selama ini aku kurang baik sama kamu” ujar Langit.
Senja
mengajak Langit ke lapangan karna mereka telah di tunggu teman-teman, “Hai,
maaf agak lama tadi aku nyari Langit dulu sebentar” Langit terkejut “Eh! Kita
lagi reunian? Kok banyak temen SD?” “Reunian apa langit, kita kan memang masih
SD” Langit mulai heran “SD darimana? Kita ini udah kelas 2 SMP Senja!” teman
teman Langit kebingungan “Umm maaf ya teman-teman kayaknya Langit lagi ga enak
badan, jadi kita izin pulang dulu ya!”
Langit
masih heran dengan apa yang terjadi “Senja maksudmu apa sih! Kita kan memang
sudah kelas 2 SMP! Aku tuh ga sakit ya!” Senja menunjukan ponsel nya “nih ya
liat! Tahun berapa coba sekarang! Ini masih tahun 2012” Langit membantah “ ini
tahun 2014 tau! ”
“Ya
sudahlah terserah kamu tapi pokoknya besok aku bakal jemput kamu sekolah ingat
pake baju SD ya jangan SMP! Dah!” merekapun pulang kerumah masing masing.
Saat Langit sampai di rumahnya ia melihat
kalender rumahnya dan ternyata benar hari Rabu 2012, ia pun mengecek lemari
miliknya dan ia tidak menemukan 1 pun baju SMP miliknya.
“Apakah
mungkin aku kembali ke kehidupanku 2 tahun yang lalu? Kalau iya, untuk apa?“ Ia
mengecek ponselnya “Inikan ponselku 2 tahun yang lalu! Wah…sepertinya benar aku
kembali ke masa lalu ku” ia tidak banyak memikirkannya ia pun tidur untuk
menyiapkan hari esok.
“Langit!
Ayo kita berangkat!” terdengar suara Senja dari luar. “Ya ampun Langit kamu
belum bangun juga, sudah berapa kali ibu bangunkan! Langit! Senja sudah
menunggu mu cepat bangun!” Langit dengan wajah yang mengantuk pun terbangun dan
mulai bersiap-siap lalu mereka pun berangkat “Aku berangkat ya Bu…!” Langit dan
Senja pergi ke sekolah menaiki sepedah “Langit, kamu ini bisa-bisanya kesiangan
biasanya kamu selalu ingin jadi yang pertama” “Hehe iya aku tidur lelap sekali
tadi” balas langit “habis sekolah kita
kerumah ku ya Langit!”.
Setelah
mereka pulang sekolah mereka pun pergi ke rumah Senja iya, rumah Senja memang
bersebrangan dengan rumah Langit hanya saja di antara rumah mereka ada rel kereta
dan mereka harus melewatinya terlebih dahulu untuk sampai ke rumah Senja. “Kau
tau Senja? Aku terakhir melewati rel ini kemarin, dan tiba-tiba saja kamu
hilang apa mungkin kamu mati itu benar? Aku tidak mau mengulangi hal yang sama Senja”
Senja sedikit merinding tapi ia tidak terlalu percaya “Mana mungkin Langit! Aku
pasti akan berhati-hati,mungkin kamu bermimpi” “Tapi Senja itu terlihat sangat
nyata, apapun yang terjadi di 2 tahun kedepan saat kau ingin ke rumah ku, biar
aku saja yang menjemput mu ya!”
Saat
mereka sedang bermain bola di lapangan Langit tidak ikut bermain, ia hanya
murung saja dan terdiam “Apa benar aku kembali ke masa lalu ku untuk
menyelamatkan Senja di 2 tahun kedepan?” Langit berbicara dalam hati sambil
mengingat apa yang sebenarnya terjadi “Ah… aku ingat saat itu aku berharap jika
aku bisa memutar waktu aku tidak akan menyia-nyiakan kebersamaan antara aku dan
Senja, tapi apakah aku bisa merubah takdir Senja juga?
“Hei, Langit…Langit…! Kok kamu diam saja!” “Eh
Senja ada apa?” “Kamu belakangan ini mulai berbeda ya Langit, terlihat lebih
kalem dan banyak berfikir” ucap Senja, Langit hanya tersenyum kecil kepada Senja.
“Ayo
kita pulang Langit, sudah sore dan mengapa kamu tidak ikut bermain sih tadi? tanya
Senja. “Tidak apa-apa kok aku hanya sedang malas saja, oh iya Senja kita ke
toko gelang yuk?“ tanya Langit. “Eh buat apa?” tanya Senja yang tidak mengerti
mengapa Langit membawanya ke toko gelang.
Tanpa
banyak berbicara langit pun menarik Senja lalu pergi ke toko gelang di dekat
pasar, ia sedang merencanakan sesuatu, “oh iya Senja kamu suka warna biru muda
ya?” “iya sih, tapi untuk apa kau menanyakan hal itu?” Tanya Senja.
Setelah
sampai ke sana ia pun mengajak Senja masuk, mereka melihat gelang-selang yang
sangat cantik dan berwarna-warni, Senja mengambi salah satu gelang disana yang
berwarna biru muda “Wah…cantiknya gelang ini,” matanya berbinar-binar “Wow Senja
gelang itu bagus sekali, apa kamu menyukainya? warna gelang itu juga kan warna
favorit mu.”Langit pun menyukai gelang itu .
Langit
pun membelikan gelang itu “Pak, saya mau membeli gelang itu, apa ada yang
berwarna putih?” “Ada dek, jadi mau beli dua? Apa ,mau gelangnya di beri nama?”
tanya sang pemilik toko “Boleh Pak, yang biru di beri nama Senja dan yang putih
diberi nama Langit ya pak” ujar Langit.
Senja
sangat senang “Langit gelangku biar aku yang bayar ya!” Langit pun menolak “Sudah
tidak perlu biar aku saja, anggap saja sebagai tanda persahabatan kita ya!” “Ini
dek gelangnya sudah jadi” Langit dan Senja pun pergi keluar toko. Langit
membuka bungkusan yang berisi gelang tersebut dan memberikannya satu kepada Senja.
Gelang yang terlihat sangat berkilau, maka tidak heran mereka menyukai gelang
itu “Ini Senja gelang milikmu, tolong jaga gelang itu dengan baik ya!” Senja
pun tersenyum “Pasti akan ku jaga Langit, terimakasih ya telah memberikan ku
gelang ini aku suka sekali Langit.” Langit ikut tersenyum dan mengajak Senja
pulang.
Di
rumahnya, Senja terus memandangi gelang itu ia memang sangat menyukainya
pandangannya hanya berfokus pada gelang tersebut. Dia juga sedikit bingung
jarang sekali Langit mengakui persahabatannya, karna yang ia tau Langit itu
hanya mau menang sendiri dan suka merendahkan dirinya, walaupun begitu mereka
sudah berteman sejak TK karna ikatan persahabatannya lah yang membuat mereka
tidak bisa trepisahkan walau kepribadian mereka berbeda.
Keesokan
harinya disaat mereka sedang mengerjakan tugas di kelas Langit berbisik kepada Senja
“Psst…, hei senja! Sepulang sekolah kita jalan-jalan yuk!” Langit
menggucapkannya sepelan mungkin agar tidak terdengar gurunya.
“Jalan-jalan
kemana Langit?” Senja tidak sengaja menjawab dengan suara yang keras.
“Senja, Langit apa yang kalian bicarakan? Kalau mau mengobrol lebih
baik diluar ya!” ucap bu guru.
“Baik
Bu…, maafkan saya” ucap Senja, mereka pun kembali mengerjakan tugas di kelas.
Saat
pulang sekolah mereka pun melanjutkan pembicaraan yang tadi terputus karna
suara Senja yang keras “Senja! Kamu itu bisa tidak sedikit tenang, aku hanya
mau mengajak mu jalan-jalan” ucap Langit.
“Maaf, aku hanya terkejut karna selama ini kau tidak pernah mengajak
ku jalan-jalan” ujar Senja sambil menaiki sepedah miliknya.
Merekapun
pergi jalan-jalan menelusuri kota membeli jajanan, bermain, tertawa bersama,
itu merupakan hari yang sangat berarti bagi mereka berdua, ini semua adalah
rencana langit untuk tidak menyia-nyiakan waktu bersama Senja.
Dua
tahun berlalu, mereka sudah menjadi anak SMP kelas 2, Langit masih mengingat
hari ini ya, hari kamis bulan januari tahun 2014 tepat dimana Senja tertabrak
kereta mereka berdua hanya diam saja bermain di rumah Senja, sengaja Langit
melakukannya agar Senja tak perlu keluar rumah.
Tiba-tiba
terdengar bunyi telepon milik Senja, terdengar suara ibu-ibu yang tergesa-gesa
“Senja! Cepat ke pasar! Ibu mu pingsan nak!” ujar ibu yang menelpon, Senja
langsung berlari namun dihalang oleh Langit karna jika ia kepasar maka harus
melewati rel kereta “Senja! dengarkan aku! Ini memang berat, tapi lebih berat
lagi jika nyawamu yang tidak terselamatkan!” ujar Langit. “Aku tidak bisa mengabaikan
ibu ku! Maaf langit aku harus pergi” Senja pun pergi. Langit mengejarnya dan
saat ingin menyebrang ada kereta yang berjalan kencang saat itu “Senja...!
Jangan…! Ada kereta…!”
Langit
pun terbangun di suatu tempat, rupanya itu di rumah sakit, ia melihat ibu nya
menangis di sebelahnya “Ibu! dimana Senja! Kenapa aku disini!” Tanya Langit
yang khawatir pada Senja.
“Langit,
kamu koma selama dua tahun, setelah terjadinya kecelakaan kereta, Senja lah
yang menyelamatkanmu saat kamu hampir tertabrak, ia pun mengorbankan dirinya
untuk mu langit, ia sudah meninggal dua tahun yang lalu” ibunya menjawab sambil
terisak-isak.
Selama
ini yang menemaninya koma dua tahun adalah Senja dan kenangan bersamanya yang
indah, Langit menangis sambil tersenyum “Aku tidak menyesal karna Senja yang
selama ini menemani ku, terimakasih Senja atas waktunya” Langit melihat
pergelangan tangannya “i-ini kan gelang putih yang aku beli!”
Komentar
Posting Komentar